Oleh  Ust. Abu Sangkan

Ketika sepulang dari Darmasraya Sumatera Barat, hampir sampai di Indarung sekitar 15 km,  ada Truk melintang dan menghalangi jalan di depan kami. disebabkan ban nya meletus tertusuk besi beton, sehingga arus lalu lintas dari dua arah tertutup total.

Sambil menunggu perbaikan selama berjam-jam, rombongan mampir dulu di warung kopi untuk menghangatkan badan dari udara pegunungan.  Aku bilang kepada bu linda (isteri ustad,pen) : ”  pasti ada rahasia Allah yg sangat besar buat kita Nduk. Nggak mungkin Allah merencanakan macet selama ini kalau hanya disuruh beli kerupuk dan kopi ke tukang warung ini.

“  Coba kamu perhatikan, berapa KM panjang antrian mobil dari dua arah, padahal tempat kita menginap tinggal 15 km lagi.

“ Allah tiba-tiba mentakdirkan ban truk itu pecah.

Kita semua kumpul di warung ini. Terdiri  Pak Rizaldi, pak wid, pak Adi, pak daus, pak marzen dan mas udik. Kami mengobrol perkembangan shalat khusyu’ doeloe dan sekarang di bumi Minang !!.

Dulu SC Padang pernah menjadi percontohan dakwah shalat khusyu’ di indonesia. Karena mampu menembus ke pelosok desa terpencil, daerah transmigrasi.<br />Waktu itu kita bangga SC Padang sudah punya mobil operasional tertulis Shalat Center Sumatra Barat.

Minangkabau pernah jaya. Tetapi setelah ditinggal oleh para tokohnya yang mulai sangat sibuk, shalat khusyu semakin lenyap di bumi minang, Setelah itu muncul peristiwa gempa, sehingga semakin hilang shalat khusyu’ di bumi minang secara manajemen, meskipun secara pribadi masih masyarakatnya masih aktif.
Baca selengkapnya…